Pribadi Hebat Yang Memikat
Seringkali, saya dapat kesempatan, melihat jiwa-jiwa hebat. Betapa gagah. Mengagumkan. Asik sekali saya menyelami pribadi hebat seperti itu...

Saya mendongak ke langit. Ada awan putih bersih. Seperti hati-hati mereka para pemilik jiwa sejati. Ternyata masih ada… Masih ada kawan, masih ada orang-orang hebat seperti itu. Disaat banyak orang sangat mudah marah. Meski hanya tersulut masalah kecil saja. Juga mereka yang pendendam. Dan kasar dalam sikap. Culas dalam ucapan. Khianat dengan janji. Wajah sangar dan menyinggung orang lain. Mengedepankan su’u dzon. Menyebarkan isu-isu kacangan. Merasa paling terdzolimi. Dan, merasa benar sendiri. Kewajiban diabaikan, namun menuntut hak sungguh berlebihan. Di saat yang lain menohok teman seiring. Memfitnah kawan sendiri. Menggunting dalam lipatan. Merampok saat ada kesempatan. Bukankah korupsi tak pernah habis di negri ini..?! Aneh sekali memang... Dunia. Kehidupan. Dan manusia. Manusia dengan aneka sifat. Beragam sikap. Macam-macam karakter. Dan pola pikir. Masih banyak yang perlu dipelajari. Dari jiwa-jiwa sejati, agar menjadi orang hebat. Masih banyak harus dipahami, dari jiwa-jiwa culas, agar tidak jadi orang bejat.
Mungkin ini juga sebuah pembelajaran buat saya. Beberapa malam lalu, saya chating-an sama seseorang, yang baru saya kenal belum lama ini. Dan Allah beri saya kesempatan kembali, bertemu lagi, seperti orang-orang hebat di atas. Ia belum lama lulus kuliah. Sudah didapat predikat sarjana. Dan profesi. Selanjutnya materi. Itu pasti. Bukan sebuah aib, apalagi dosa, seorang dengan profesi tertentu mengambil pilihan untuk bekerja dengan materi sebagai salah satu pertimbangannya. Wajar saja. Sangat wajar bahkan. Memilih tempat bekerja yang bisa memberinya salary besar. Dan ia, teman chating saya ini, punya kesempatan itu. Sangat terbuka. Tapi hebatnya, ia memilih bergabung bersama tim hebat saya dengan imbalan materi minim alias gaji kecil. Sekali lagi, bagi saya ini sungguh hebat. Luar biasa anugerah ini. Hal itu bukan tanpa usaha saya dapatkan.
Selanjutnya Saya bercermin. Menatap diri dalam diam. Malu nian melihat wajah sendiri. Inilah sebuah pertaruhan eksistensi jiwa. Betapa berat mengambil jalan kebaikan dalam kesempitan. Dalam keterbatasan. Dalam kesulitan. Padahal sebagian orang, memilih jalan kebaikan dalam kelapangan. Dalam kelebihan. Dalam kemudahan. Terus terang, saya tidak tahu mana yang lebih baik. Mana yang lebih mulia. Hanya Allah yang berhak menilainya. Yang saya tahu pasti, keikhlasan hati menjadi satu kunci. Memang tak mudah menjadi mu’min sejati. Dan potret sejarah mengabarkan. Bagaimana kita bisa mengambil pelajaran. Bahwa setiap kebaikan selalu butuh perjuangan dan pengorbanan. Karena itu adalah sebuah harga. Sungguh mahal. Karna harga surga juga mahal. Tidak gratis. Kita butuh harga untuk mendapat surga. Dan berjuang juga berkorban adalah harganya. Selagi kita hidup. Terus berusaha dan belajar menuju ke arah sana. Meraih surga. Merebut takdir kemenangan. Dengan terus belajar menjadi orang hebat.
Ah, Jadi ingat kiriman SMS luar biasa dari seorang teman;
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar arti KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar arti KEMURAHHATIAN.
Tetap sabar. Tetap tersenyum. Terus belajar. Teruslah berjuang. Karena engkau sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN.