Kehebatan Strategi Sultan Muhammad Al-Fatih (1)
Oleh : Ust. H. Dwi Fahrial , Founder Al-Fatih Foundation. Penaklukan KOnstantinopel oleh Sultan Muhammad AL-FATIH pada tahun 14...
https://alfatihschool.blogspot.com/2015/03/kehebatan-strategi-sultan-muhammad-al_16.html
Oleh : Ust. H. Dwi Fahrial, Founder Al-Fatih Foundation.
Penaklukan KOnstantinopel oleh Sultan Muhammad AL-FATIH pada tahun 1453 adalah arus besar yang merubah jalannya sejarah dunia. Pusat dan kiblat kekuatan spiritual dan negara di sebagian belahan dunia beralih secara massif dari Barat ke Timur. Dari Nasrani ke Islam. Dari penindasan bangsa lemah ke perlindungan Daulah Islamiyah. Negara-negara muslim seakan mendapat angin segar dan energi baru untuk melawan ketertinggalan dan penindasan bangsa lain.
Tidak aneh memang, jika dampak yang ditimbulkan dengan takluknya KOnstantinopel sedemikian besar, karena posisi KOnstantinopel sangat strategis untuk mengendalikan jalannya misi agama dengan kekuatan tentara atas bangsa-bangsa Asia dan Afrika khususnya. Maka pertahanan kota benteng itu sedemikian ketat dan tangguhnya. Dengan perlindungan dan perlengkapan senjata moderen pada saat itu. Dan, jika akhirnya ditaklukan, sudah pasti dengan sebuah strategi luar biasa yang bukan dengan cara biasa.
Strategi hebat yang tidak biasa itu membuat para ahli sejarah yang jujur dan objektif berdecak kagum, baik penulis Barat maupun di Timur. Strategi yang menggambarkan kecerdasan dan luasnya wawasan AL-FATIH. Strategi yang mewakili ketinggian iman dan semangat jihad yang membara. Strategi yang mencerminkan kreativitas dan kemampuan berpikir dan bertindak cepat dan akurat . Strategi yang menceritakan dengan gamblang kualitas pribadi Muhammad AL-FATIH yang sangat spesial. Sebagai seorang Sultan atau Raja, sebagai seorang ayah dan suami, sebagai seorang panglima dan sebagai seorang ulama.
Strategi penaklukan itu diantaranya ; Pertama, beliau memantas-mantaskan diri untuk bisa menjadi sebaik-baik panglima. Karena syarat utama dan pertama seperti yang tersurat dalam Hadits Nabi SAW untuk bisa menaklukkan KOnstantinopel adalah menjadi panglima terbaik. Dan AL-FATIH sudah paham betul bagaimana menerjemahkan panglima terbaik itu. Karena ini berasal dari Sabda NAbi SAW, bukan surat keputusan kerajaan atau wasiat orangtuanya. Maka segala daya upaya dia lakukan untuk menjadi pribadi yang layak disebut terbaik dari kaca mata syariat, dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya.
“Sesungguhnya Allah meletakan pedang di tanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku melakukan kewajiban dengan pedang ini, maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghozi yang aku sandang sekarang ini. Lalu, bagaimana aku akan menemui Allah pada hari kiamat nanti..?”
“…Wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya, dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaklah mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaklah mereka tidak mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya…” (pidato Al-Fatih menjelang keruntuhan Konstantinopel)
“Aku bersukur kepada Allah yang telah memberikan kemenangan yang gemilang ini. Akan tetapi, aku juga berdoa kepada-Nya, agar Dia mengijinkanku hidup lebih lama lagi untuk mengepung dan menaklukan Roma. Sebagaimana aku memiliki Roma baru (Konstantinopel) ini.”
“Dia merupakan sultan yang paling hebat di kalangan Bani Utsmani . Dia adalah sultan utama yang memiliki sifat-sifat mulia. Sultan terbesar yang selalu melakukan jihad…” (Abdul Hayy bin Al’Imad Al-Hambali)
“Kalaulah ada pemimpin muslim yang tak pernah masbuq dalam sholatnya, dia-lah Sultan Muhammad Al-Fatih..” (Syaikh Aaq Syamsudin)
Kedua, Sultan Muhammad AL-FATIH membentuk pasukan tentara terbaik. Ini menjadi syarat kedua yang melekat dalam satu kalimat wasiat. Panglima yang hebat tanpa pasukan hebat hanya sia-sia. Apalagi pasukan hebat tanpa panglima hebat, hanya fatamorgana saja. Sebenarnya, dengan takluknya KOnstantinopel sudah menjawab betapa hebatnya panglima dan tentara yang menaklukkannya. Karena seperti itu nubuwatnya. Dan perjalanan sejarah Daulah Turki Utsmani beberapa abad di pentas dunia, dengan menguasai wilayah yang sangat luas, itupun sudah mencerminkan kehebatan pasukan Utsmani ini.
Tapi marilah kita dengar beberapa komentar para sejarahwan tentang kehebatan pasukan Utsmani menurut penilaian objektif mereka ;
“Dedikasi mereka pada jihad, semangat untuk melakukan penaklukkan, tidak terlalu tertarik dengan pertahanan permanen (benteng), tentara yang sangat terlatih dan disiplin tinggi, menggunakan strategi jitu dalam perang terbuka, pemimpin yang baik dan tidak menghabiskan waktunya untuk hiburan-hiburan.” (rene de lusinge, sejarawan)
“Mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan hidup sederhana. Mereka bisa tidur di manapun, biasanya hanya di tanah. Kuda mereka prima, hanya memerlukan pakan sedikit, larinya kencang dan ketahanannya lama. Ketaatan pada pemimpinnya tidak terbatas, ketika perintah sudah dibunyikan, mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan diikuti oleh yang lainnya dengan keheningan yang sama. Seorang tentara Kristen jauh lebih gaduh daripada 10.000 tentara Utsmani. Saya harus mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal, serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal melakukannya.” (Bertrandon de la Broquiele, pengembara Perancis)
"Pasukan Utsmani laksana kekuatan yang jauh melebihi pasukan manapun. Bila pasukan musuh mengejarnya, mereka bisa mundur dengan cepat. Tapi bila mereka mengejar, musuh takan selamat. Kaum kristen tidak pernah menang melawan Utsmani, apalagi dalam perang terbuka dan kekalahan mereka Karena membiarkan pasukan Utsmani mengelilingi mereka lalu menyerang dari sayap." (Michael, Sang Yeniseri)
”Diantara semua divisi dlm pasukan,YENISERI (pasukan khusus) adalah yang paling terkenal dalam sejarah militer Turki Utsmani karena ketakwaan dan kemahirannya dalam berperang. Seleksi dalam divisi ini lebih ketat dari lainnya. Karena hanya ‘yang istimewa’ yang boleh bergabung. Pemerintah membentuk akademi YENISERI untuk menyiapkan pasukan khusus ini. Selain melatih fisik dan mental, juga diberikan ilmu-ilmu sains dan pemerintahan. Mempelajari Al-Quran menjadi pelajaran wajib, termasuk ibadah-ibadah harian. Sultan selalu menekankan bahwa ketakwaan pada Allah adalah kunci kemenangan. Kekuatan iman menjadi asas daripada fisik, visi kemenangan dari bisyaroh Rasulullah menjadi motor yang menggerakkan aktifitas jihad mereka. Sultan menempatkan ulama disetiap barak tentara, untuk menjaga semangat dan keikhlasan niat mereka.”
“Sampai abad 15, pasukan Turki Utsmani dapat dianggap sebagai pasukan paling moderen. Pasukan reguler digaji secara rutin dan jenjang karir yang transparan.”
To be continued....