Kesejatian Muhammad Al-Fatih
Oleh : Ust. H. Dwi Fahrial , Founder Al-Fatih Foundation. Setiap kebenaran dan kebaikan sangat mudah dimanipulasi. Tujuannya, aga...
https://alfatihschool.blogspot.com/2015/03/kesejatian-muhammad-al-fatih.html
Oleh : Ust. H. Dwi Fahrial, Founder Al-Fatih Foundation.
Setiap kebenaran dan kebaikan sangat mudah dimanipulasi. Tujuannya, agar kekurangan dan keburukan jadi terlihat seakan-akan kebaikan. Pencitraan diri misalnya, sebentuk rekayasa kebaikan. Padahal sejatinya adalah pembohongan publik atas nama kebenaran dan kebaikan. Seseorang bisa pura-pura khusyu' dalam shalat. Bisa pura-pura berpuasa. Bisa pura-pura adil dalam memerintah. Bisa pula pura-pura cinta dan akrab dengan saudaranya. Bisa pura-pura dermawan. Bisa pura-pura sebagai pejuang gagah perkasa di laga atau bahkan bisa saja pura-pura 'alim dan 'abid dalam kesehariannya. Itu semua bisa direkayasa. Hanya Allah dan dirinya yang tahu. Masalah ini sudah tuntas dibahas para ulama dalam bab niat dan syuruth qubul al-amal (syarat diterimanya amal).
Setiap kebenaran dan kebaikan sangat mudah dimanipulasi. Tujuannya, agar kekurangan dan keburukan jadi terlihat seakan-akan kebaikan. Pencitraan diri misalnya, sebentuk rekayasa kebaikan. Padahal sejatinya adalah pembohongan publik atas nama kebenaran dan kebaikan. Seseorang bisa pura-pura khusyu' dalam shalat. Bisa pura-pura berpuasa. Bisa pura-pura adil dalam memerintah. Bisa pula pura-pura cinta dan akrab dengan saudaranya. Bisa pura-pura dermawan. Bisa pura-pura sebagai pejuang gagah perkasa di laga atau bahkan bisa saja pura-pura 'alim dan 'abid dalam kesehariannya. Itu semua bisa direkayasa. Hanya Allah dan dirinya yang tahu. Masalah ini sudah tuntas dibahas para ulama dalam bab niat dan syuruth qubul al-amal (syarat diterimanya amal).
Namun ada kebaikan yang tidak bisa direkayasa. Tidak mungkin dimanipulasi dan mustahil disalahtafsirkan. Kebaikan yang ukurannya bisa dilihat mata telanjang. Parameternya jelas terukur. Dan langsung menjelaskan esensi kebenarannya sendiri. Yaitu, kebenaran Sabda Nabi SAW tentang Si Penakluk KOnstantinopel. Sultan Muhammad Al-Fatih, Sultan ketujuh dari Daulah Turki Utsmani.
Seorang pangeran perkasa, seorang Raja yang berkuasa, seorang panglima berkuda tak akan bisa merekayasa bahwa ia telah menaklukkan KOnstantinopel. Karena kenyataannya KOnstantinopel masih tegak berdiri. Jadi mudah sekali mengukurnya, terlihat gamblang bahwa kota benteng dengan predikat the city with perfect defence , kota dengan pertahanan sempurna itu benar—benar takluk. Tidak bisa pura-pura menaklukan, pura-pura menang dan pura-pura hebat sebagai Panglima, Pangeran, maupun Raja.
Dan yang lebih repot lagi, ramalan (nubuwah) Nabi SAW tentang jatuhnya KOnstantinopel itu akan dilakukan oleh seseorang dengan ciri-ciri yang sangat jelas ; ‘Sebaik-baik Panglima dan sebaik-baik tentara.‘ Sampai batas ini, masih bisa dimanipulasi seseorang merasa menjadi Panglima, Pangeran atau Raja terbaik dan pasukannya pun pasukan terbaik. Panglima terbaik dan tentara terbaik bisa saja diterjemahkan, diartikan dan didefinisikan macam-macam. Tapi ukuran berikutnya, mampukah KOnstantinopel ditaklukan..? Untuk ke fase itu tak mungkin direkayasa, diada-ada dibuat pura-pura.
Maka sejarah sendiri yang mendefinisikan dan menjelaskan pada akhirnya, siapa sebenarnya panglima terbaik itu. Dan seperti apa detail dari sifat Panglima terbaik dan tentara terbaik itu. Dari mana memulai timbangan penilaian itu? setelah KOnstantonopel ditaklukan. Setelah legenda kota benteng itu runtuh, maka siapa dia dan sifat-sifat terbaiknya terurai satu persatu.
Dari sisi keimanan, Muhammad Al-Fatih sudah hafal Al-Quran secara keseluruhan sejak usia 8 tahun. Biasa tahajud, sholat di masjid, saum sunah dan rawatib, bahkan menurut riwayat tak putus dilakukan sejak baligh sampai masa penaklukan itu terjadi. Tumbuh dan berkembang dalam asuhan para ulama yang ikhlas dan kompeten dalam ilmunya. Salah seorang guru utamanya adalah Aaq Syamsudin, seorang ulama jenius, ahli tafsir, hadits, ilmu pemerintahan dan kimia. Dialah yang pertama kali menemukan mikro organisma sebelum mikroskop ditemukan.
Dari sisi kecerdasan, Muhammad Al-Fatih Menguasai ilmu Al-Quran, ilmu Hadits dan ilmu-ilmu lainnya. Menguasai ilmu falak (astronomi), Hisab (matematika), Jugrofia (geografi), kimia, dan fisika. Al-Fatih adalah seorang pecinta sastra dan menggemari Bahasa. Ia menguasai 7 bahasa; Arab, Turki, Persia, Yunani, Latin, Perancis, dan Serbia.
Dari sisi keberanian dan ketangkasan, beliau panglima yang diterjunkan dalam banyak peperangan. Sebagai tentara yang tangkas berkuda, sebagai prajurit yang mahir menggunakan senjata dan sebagai panglima yang ahli startegi di medan laga.
Dari sisi akhlak dan sifat-sifatnya, Muhammad Al-Fatih tumbuh sebagai pribadi yang kuat hati dan jiwanya. Santun dan mulia akhlaknya. Kuat dan berani tekadnya. Sangat menghormati ulama dan guru-gurunya. Menyantuni para fuqoro dan masakin. Juga mengasihi hewan dan tanaman.
Cukuplah catatan sejarah menjelaskan maknanya. Dan tinta emas menuliskan prestasinya. Bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pribadi yang Nabi SAW ramalkan sebagai sebaik-baik panglima yang memiliki sebaik-baik pasukan. Dan sifat-sifat yang melekat pada dirinya menjadi wasilah jatuhnya KOnstantinopel ke tangan kaum Muslimin.
Betapa banyak hikmah bertebaran dalam episode gemilang Muhammad Al-Fatih. Mari kita telisik serat-serat sutra hatinya, kita saring butir-butir mutiara akhlaknya, kita gali bongkah-bongkah emas ilmunya dan kita daki gunung-gunung karya prestasinya. Karena masa depan bisa kita rekayasa, untuk menyiapkan penaklukan berikutnya. Allahu a’lam bishowaab.
Rancalege, 10 Maret 2015